Tuesday, 4 July 2017

Perahu Kesedihan

Jika kamu melihat, aku setiap hari pergi ke pinggir pantai. Bukan pantai wisata yang penuh dengan pengunjung, tapi di pantai dekat sana, yang tak ada pengunjung. Pantainya indah, alami, dan belum terjamahkan sama sekali oleh siapapun, hanya aku yang tahu. Pernah suatu saat kamu penasaran dan ingin mengikuti ke pantai tersebut. Tetapi aku menolaknya, kamu cukup ikut aku kesana jika terjadi bencana banjir. Karena aku disana membuat sebuah perahu. Yah, aku disana membuat perahu yang besar jika suatu saat terjadi bencana banjir. Tentunya bukan bencana banjir biasa. Karena bencana ini akan menenggelamkan seluruh penduduk bumi. Mirip seperti ceritanya nabi Nuh. Tetapi yang ini berbeda. Jika nabi Nuh banjir karena penduduknya melakukan banyak dosa, tetapi bencana nanti yang akan datang pada kita adalah bencana banjir air mata. Air mata dari orang-orang yang sedih meratapi nasib, sedih ditinggal kekasih, sedih akan segalanya yang ada di bumi ini.

Kusiapkan perahu itu untuk menyelamatkan diri dari banjir air mata kesedihan. Untuk sekarang ini memang kamu tak boleh tahu dimana lokasi aku membuat perahu tersebut. Karena aku takut banyak orang yang kesini dan membuat perahuku sebagai obyek wisata. Sehingga akan mengganggu pekerjaanku.  Kamu cukup menunggu saja dan duduk manis di rumah menunggu kapan bencana itu akan datang. Walau kamu setengah tidak percaya padaku, tapi percayalah, kesedihan itu pasti akan datang. Karena ini dunia bumi, bukan dunia langit.

Setiap hari aku ke pantai itu, membawa peralatan perkakas dan alat lainnya untuk membuat perahu. Butuh waktu lama untuk membuat perahu seorang diri. Tapi jika kamu tahu, aku bekerja tidak sendirian, aku ditemani oleh makhluk yang bernama semangat, ilmu, dan mental baja. Mereka bertiga yang menemaniku kemanapun aku pergi. Bahkan mereka selalu membisikku " jika kamu berhenti disini, kamu mau jadi apa ". Maka dari itu, aku berpikir ulang untuk bermalas-malasan. Aku sudah memiliki teman yang sangat sabar menemani hari-hariku, akankah aku meninggalkannya. Oh tidak, aku akan bersamanya sampai hidupku benar-benar habis. Akan kudekap mereka, kuikat mereka agar mereka tak lari, agar mereka tak menjauh dari hidupku, karena aku butuh mereka bertiga untuk mengarungi kehidupanku.

Membuat perahu ini aku buat model seperti pinisi, aku warnai dengan olesan yang berwarna emas agar terlihat anggun, ujung depannya aku kasih ukiran kepala naga, agar telihat gagah. Perahu ini muat sekitar 10 orang, tetapi ketika diberi mantra, perahu ini seperti di film harry potter. Akan menjadi besar dan mampu menampung ribuan makhluk penduduk bumi. Namanya juga perahu untuk menghadapi bencana banjir bandang yang sangat besar, jika tak besar dan tak kokoh, maka perahuku akan hancur dihempas kelam.

Membuat perahu ini tak semudah yang kamu bayangkan, kawan. Membuat perahu ini membutuhkan proses yang bernama kesabaran, ketabahan, dan kebersyukuran. Jika ketika proses itu hilang, maka perahu ini akan tenggelam bersama lautan air mata kesedihan. Maka dari itu, cukup aku saja yang bekerja. Karena ini tugas yang sangat berat dan penuh makna. Ketiga proses ini, biar aku yang menajalani untuk melindungi kamu.

Terkadang aku jarang pulang, karena harus lembur, karena sepengetahuanku, bencana itu semakin datang. Pantai pantai mulai pasang, sungai mulai luber, danau pun mulai penuh. Tak ada waktu lagi untuk bersantai-santai, kawan. Karena ajal itu semakin dekat, semakin terlihat. Mungkin  kepedihan di bumi ini sudah tak terbendungkan lagi. Banyak manusia yang mulai kecewa, cemas, dan linglung akan jati dirinya. Aku kasihan pada mereka. Apakah kamu tak kasihan pada mereka juga, kawan ?

2 comments:

  1. Bagus jad. Cuma kalo cerpen biasanya ada unsur tokoh, penokohan, percakapan, dan juga setting latar. Mungkin bisa dilanjutkan lagi,

    ReplyDelete
    Replies
    1. okey mi. masukan diterima dengan senang hati. sering-sering mampir yah :)

      Delete